Expecting “Unicorn” from Indonesian Cultivation Startups
The year 2021 is proof for agriculture and aquaculture startups, the quantity of funding continues to increase compared to previous years
Once underestimated, the agricultural sector in the digital startup ecosystem is now starting to show extraordinary potential. Even during the pandemic, some services related to the cultivation business are gaining tremendous traction.
According to a report entitled "Driving the Growth of Agritech Ecosystem in Indonesia" compiled by DSInnovate with Crowde, revealed a number of potentials and challenges in the agricultural industry in Indonesia. First, from the upstream side, namely the production system by farmers, as of 2018 there were around 33,4 million farmers throughout Indonesia. Second, of the total 4,5 million of them have access to the internet.
This finding is interesting, meaning that the development of broadband infrastructure that is continuously being accelerated by the government and accessibility to increasingly affordable internet access devices can be a good medium for the production sector to the upstream side to connect to the market. Startup agritech can also play an important role in providing education -- some have already done so, with the implication of opening up more efficient distribution channels for agricultural products.
Masih dari laporan yang sama, terungkap beberapa permasalahan mendasar yang dialami oleh industri pertanian tanah air. Meliputi peningkatan produktivitas, akses ke permodalan, regenerasi, dan akses pasar. Soal produktivitas termasuk distribusi pupuk dan langkah preventif yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi lahan didasarkan kondisi cuaca.
Berjalan di arah yang sama
Dimulai dari akar permasalahan tersebut, founder mencoba menghadirkan solusi yang efisien untuk memberikan efisiensi pada proses bisnis pertanian. Dari model bisnis yang sudah ada sejauh ini, kami mencoba memetakan ke dalam peta solusi di bawah ini.
Ada alasan yang cukup masuk akan kenapa pada akhirnya para startup memilih untuk melakukan pendekatan dari ujung ke ujung. Yakni menghadirkan efisiensi dari proses keseluruhan – termasuk di sisi variabel biaya, waktu, hingga kualitas produk. Langkah pertama yang harus dilakukan tentu pemilik platform perlu melakukan edukasi dan meyakinkan mereka bahwa dengan demokratisasi teknologi banyak potensi yang bisa didapat. Caranya beraneka ragam, dan yang akan diterima dengan baik adalah pendekatan solutif.
In an interview with Co-Founder Tanihub Ivan Arie Sustiawan satu tahun setelah bisnisnya meluncur, ia menjelaskan perannya sebagai perantara jual-beli. Setiap transaksi pembelian akan dibayarkan terlebih dulu oleh Tanihub ke penjual berdasarkan tagihan atas penyerahan produk pangan ke pembeli, dan pembeli akan membayar tagihan ke TaniHub sesuai syarat dan ketentuan pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Kebanyakan klien yang membeli lewat marketplace Tanihub adalah pemilik usaha yang biasanya membeli bahan pokok dengan jumlah besar. Proses pengadaan kadang membutuhkan waktu panjang untuk pencairan dana kepada petani. Di titik ini para petani bimbang, jika menjual cepat ke tengkulak mereka mendapati harga yang lebih murah; sementara menjual ke bisnis aksesnya sulit dan butuh waktu yang lama. Di situlah Tanihub masuk.
Seiring dengan penerimaan proses bisnis, eskalasi produk pun dilakukan. Dengan kepastian produknya diserap oleh platform, startup menawarkan pendanaan (modal) untuk membantu perluasan produksi, bahkan hingga pengemasan dan logistik (warehouse) untuk menangani proses distribusi.
Sektor perikanan relatif sama
Menyasar segmen pembudidaya yang sudah akrab dengan ponsel pintar dan internet, eFishery menghadirkan solusi pakan ternak otomatis berbasis IoT dengan jaminan lebih terukur dan hemat – berdampak pada nilai ekonomi. Proses edukasi dilakukan dengan cara bersama-sama mendampingi petani ikan untuk meningkatkan produksi mereka.
Penerimaan tersebut disambut baik oleh mereka dengan menambahkan layanan yang lebih menyeluruh, mulai layanan permodalan untuk pengadaan alat (eFisheryFund) hingga kanal distribusi produk (eFisheryFresh) menggandeng berbagai aplikasi online groceries.
Langkah awalnya selalu dimulai dengan proses manual. Untuk memperkuat edukasi, kedua startup tersebut bahkan mendirikan unit di banyak titik untuk menangani proses transaksi dan produksi – seperti diketahui bahwa kalangan petani/pembudidaya termasuk penyumbang statistik unbankable, transaksi langsung menjadi prioritas.
Investor support
Tahun 2021 seperti menjadi berkah tersendiri bagi startup yang bersinggungan dengan para petani/pembudidaya ikan. Pendanaan tahap lanjut diberikan untuk membantu ekspansi bisnis dan produk – beberapa juga untuk memvalidasi dan penetrasi layanan. Bahkan hingga tahun ini sudah ada beberapa startup yang mencapai valuasi ratusan juta dolar dari segmen ini.
Alih-alih terhambat, pandemi justru menjadi ajang pembuktian bagi para startup budidaya. Transaksi moncer tentu menjadi salah satu pertimbangan mengapa investor mau mempercayakan dananya kepada para founder The.
Statistics DailySocial mencatat, sepanjang 3 tahun terakhir pendanaan ke startup budidaya sangat minim secara kuantitas.
Company | Last Funding | Year | Est. Valuasi* |
Tanihub | Seri B | 2021 | $218 million |
Aruna | Serie A | 2021 | $103 million |
eFisheries | Seri B | 2021 | $88 million |
Vegetablebox | Seri B | 2021 | $45 million |
Chilibeli | Serie A | 2020 | $31 million |
Eden Farm | Pre-Series A | 2021 | tidak diketahui |
Fresh | Initial Funding | 2021 | tidak diketahui |
Dropezy | Initial Funding | 2021 | tidak diketahui |
Vegetable Shop | Initial Funding | 2019 | tidak diketahui |
Ethanee | tidak diketahui | tidak diketahui | tidak diketahui |
*berdasarkan data yang diinput ke regulator
Jajaran investor yang mendukung pendanaan pun juga cukup meyakinkan, karena melibatkan pemodal ventura lokal dan global dalam porsi signifikan dalam putaran-putaran pendanaan tertentu.
Investor lokal:
- MDI Ventures
- Intudo Ventures
- AC Ventures
- East Ventures
- Northstar
- BRI Ventures, dan lain-lain.
More Coverage:
Investor global:
- Openspace Ventures
- Vertex Ventures
- Prosus Ventures
- 500 Startups
- Wavemaker Partners
- Sequoia Capital, dan lain-lain.
Mungkin sektor budidaya saat ini belum menghasilkan GMV yang signifikan dari transaksi yang ditorehkan. Namun lambat laun, dengan penetrasi layanan yang menyeluruh dan pasar yang semakin teredukasi, tidak mustahil bahwa aplikasi pertanian (khususnya B2C) akan menjadi the new e-commerce untuk pemenuhan kebutuhan bahan pokok. Sebuah hipotesis yang diyakini para investor terhadap vertikal ini.
Head of Southeast Asia Investments Prosus Ventures Sachin Bhanot, saat berinvestasi ke Aruna, disclose, "Setelah membangun rantai pasokan dan infrastruktur teknologi yang kuat dengan pengetahuan dan keahlian industri yang mendalam, kami percaya Aruna memiliki posisi unik dalam melayani permintaan global yang terus meningkat terhadap produk perikanan berkelanjutan, seraya mendukung mata pencaharian nelayan lokal."
Dengan kepercayaan investor dan pasar yang semakin baik, bukan tidak mungkin jika beberapa tahun mendatang kita akan menyambut unicorn baru di vertikal agritech and aquatech.
- Header Image: Depositphotos.com
Sign up for our
newsletter