1. Startups

Blibli's Philosophy to Build “Smart Logistics”

The Fulfillment by Blibli solution is powered by 14 warehouses that operate 24 hours with a total area of ​​more than 130 thousand m2, 33 hubs, and 1.200 BES Package delivery fleets.

For the e-commerce industry, logistics is a series of steps involving everything that happens after a customer places an order on a website. That is, in general, it involves the choice of suppliers; product stock; transportation calculation; product packaging and preparation; order tracking; delivery of goods; and, in some cases, exchange and return — known as reverse logistics.

If the logistics process is run smoothly, it will contribute significantly to the conversion rate, loyalty and customer retention, which should mark the success of the online store as a whole process. However, it is also a weakness if it is not efficient, all work will be in vain.

So vital, decided a number of e-commerce companies to build their own logistics from scratch. Blibli is one of them. Since the beginning of Blibli's operation, the company created by the Djarum Group has believed in the power of the ecosystem. Therefore, since Blibli was founded, the company has seriously studied the entire business model of the e-commerce supporting ecosystem.

“From the start, we believed that if we wanted to be sustainable in the e-commerce business, we had to master it business model, in this case B2C. That is, this business model uses 1PL, where we have to own the goods, have the warehouse, the process fulfillment from pick, pack, to the consumer we all have to do. From the beginning we learn how to have logistics warehouse itself, this is a form of investment that we are doing,” explained Blibli Co-founder and COO Lisa Widodo when contacted DailySocial.id.

1PL (logistik pihak pertama) adalah perusahaan atau individu yang membutuhkan kargo, pengiriman, barang atau produk yang diangkut dari satu titik ke titik lain. Logistik pihak pertama hanya melibatkan dua pihak. Ada produsen atau distributor yang mengirimkan barang (toko), dan ada pengecer atau pelanggan yang menerima barang (konsumer). Tidak ada perantara lain yang terlibat dalam keseluruhan proses.

Dalam hal ini perusahaan yang bertindak sebagai 1PL-lah yang menyediakan seluruh ekosistem logistiknya. Adapun proses logistik itu sendiri, dimulai dari transportasi masuk, transportasi keluar, manajemen armada, pergudangan, penanganan material, pemenuhan pesanan, manajemen inventaris, perencanaan permintaan, dan lain-lain.

Investasi yang dikucurkan perusahaan khusus dalam membangun sistem logistik sendiri, perlahan-lahan membuahkan hasil, terlihat dari bentuk efisiensi yang semakin meningkat. Lisa mencontohkan, dengan kehadiran 14 gudang di seluruh Indonesia, terkadang konsumen memesan barang dari berbagai gudang yang letaknya tak hanya di kotanya sendiri.

Warehouse management system (WMS) yang dibangun Blibli kini mampu mendeteksi stok barang dari seluruh gudang, sehingga pengiriman memungkinkan dikirim dari satu lokasi gudang. “Masa iya, konsumer beli banyak barang tapi boksnya beda-beda karena dari banyak gudang. Ini contoh proses efisiensi yang bisa kami lakukan dari internal.”

Bentuk efisiensi lainnya adalah penempatan barang di dalam gudang. Biasanya barang-barang FMCG yang paling sering dicari konsumen itu harus ditempatkan di titik terdekat dengan packing station. Tujuannya agar waktu pengemasan dapat dipersingkat dan segera dikirim ke lokasi tujuan.

Namun, untuk mendeteksi produk FMCG apa saja yang paling sering dibeli, tergantung dengan lokasi konsumen berada. Tidak semua gudang memiliki susunan barang FMCG yang sama. Untuk itu dibutuhkan automasi mana barang FMCG yang direkomendasikan perlu ditaruh terdekat dari lokasi picker. “Sehingga waktu tempuh picker untuk ambil barang bisa lebih pendek.”

Ia mencontohkan lagi, seiring berkembangnya model bisnis Blibli yang kini tidak hanya B2C, kini juga mengakomodir marketplace 3PL. Yang mana pemesanan diproses langsung oleh penjual di Blibli, barangnya juga disimpan dalam gudang mereka. Maka untuk memberikan kenyamanan yang sama bagi konsumen, algoritma dalam WMS akan merekomendasikan opsi pengiriman terbaik untuk dia dan penjual.

“Tujuan dari penerapan smart logistics bagi kami bukan dari seberapa maksimal, tapi seberapa baik dari kemarin. Hari ini harus lebih dari kemarin. Karena bisnis terus berubah, tipe klien terus bervariatif, jadi kami harus selalu dinamis. Jadi kami merasa saat ini belum maksimal karena kita enggak percaya sudah ada dititik teroptimal, tapi selalu usahakan terus lebih baik dari kemarin.”

Warehouse Blibli / Blibli

Pandangan mengenai smart logistics

Bagi Lisa, smart logistics pada akhirnya bicara soal efisiensi yang terjadi melalui pemanfaatan teknologi. Alhasil, smart logistics bukan soal memanfaatkan mesin robotik yang ditenagai dengan teknologi kekinian saja yang membuat proses logistik jadi lebih cepat. Tapi bagaimana mengadopsi teknologi terkini sesuai kebutuhan dan apa spesifik obyek yang mau dicapai.

"Smart logistics harus jadi pintar dalam mengambil keputusan, jangan adopsi suatu solusi lalu dipukul rata. Harus ada analisis per segmen dan bagaimana spesifik obyektif yang mau diraih.”

Dia berpendapat, di Indonesia sejauh ini kebutuhan untuk memanfaatkan robotik belum menjadi suatu urgensi. Pun, tenaga manusia tetap dibutuhkan sampai kapanpun. Di balik itu, menggunakan tenaga manusia memang tidak terhindar dari risiko, namun dengan edukasi yang konsisten dapat diminimalisir. Kondisi di Tiongkok pun, yang notabenenya memakai robotik, sebetulnya masih membutuhkan sentuhan manusia dan tidak di semua gudang membutuhkan robot tersebut.

Justru dengan teknologi yang ada sekarang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat manusia dalam bekerja. Salah satunya dengan memakai conveyor belts. Di Blibli, pemanfaatan alat tersebut juga tidak diberlakukan di semua gudangnya. Alasan memilih alat itu juga dikarenakan opsi tercepat karena di salah satu gudangnya itu berlantai-lantai.

“Enggak ideal kalau shelfing pindah-pindah dari lantai 4 ke lantai 1. jadi perlu pakai conveyor, kalau pakai tenaga manusia pakai lift trolly akan lebih lama.”

Dalam proses logistik 1PL di Blibli, seluruh gudangnya menyimpan lebih dari 100 ribu SKU dengan produk yang variatif. Alur keluar masuk barang dimulai setelah konsumen menyelesaikan pembayaran dari situs/aplikasi Blibli. WMS akan mendeteksi barang apa saja yang dipesan dan harus dipersiapkan oleh picker. Kerja picker harus lebih cepat, terutama jika konsumen pilih opsi logistik dua jam sampai.

“Artinya [kalau pilih opsi logistik dua jam sampai] dari order create, sampai barang sampai ke konsumen itu harus dua jam. Berarti proses pick and pack harus kurang dari 30 menit. Makanya barang FMCG yang paling banyak dipesan berdasarkan algoritma di radius gudang harus dekat dengan picker. "

Tak hanya penempatan barang yang dekat dengan picker, titik penjemputan ke kurir logistik juga harus dekat untuk penyerahan barangnya. Di dalam gudang Blibli sudah ditempatkan mitra logistik, yakni BES (Blibli Express Service), JNE, Grab or Gojek yang ditempatkan secara Dental Implantology.

Dengan memanfaatkan teknologi, perusahaan juga dapat membuat solusi logistik yang bernilai tambah, selain gratis ongkir, juga terdapat solusi pengiriman 2 Jam Sampai, trade-in, scheduled delivery, hingga kebijakan retur dengan rentang waktu sampai 15 hari. Bahkan, baru-baru ini memperkenalkan armada transportasi eco-friendly untuk mengirim produk fresh and frozen khusus area Jabodetabek.

Di samping itu, perusahaan juga dapat membuat keputusan yang lebih baik, terutama saat ekspansi solusi logistiknya tersebut. Penempatan armada BES dan gudang sangat memerhatikan densitas persebaran konsumen Blibli. Armada BES kini berjumlah lebih dari 1.200 kurir roda dua dan roda empat.

“Pola pikirnya kapan saatnya serahkan ke BES atau non-BES. Cara melihatnya adalah dari basis konsumer Blibli. Kalau densitasnya baik, solusinya yang paling baik adalah pakai armada logistik sendiri. Kalau tidak, pakai mitra yang solusi logistiknya terbaik di wilayah konsumen berada.”

Blibli memiliki 14 gudang yang beroperasi 24 jam dengan total luas lebih dari 130 ribu m2. Enam gudang di antaranya berlokasi di Jabodetabek, sisanya tersebar di Medan, Makassar, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya.

Untuk melayani konsumen potensial Blibli yang bertumbuh, sebelum memutuskan ekspansi gudang secara jor-joran, biasanya perusahaan masuk dengan konsep hub. Ada empat jenis hub yang dipakai Blibli, yakni mobile hub, mini hub, huband mother hub. Urutan ini dilihat berdasarkan ukuran gudang. Adapun saat ini, Blibli punya 33 hub. Setiap mengambil keputusan ekspansi, Blibli punya tim control tower yang selalu memantau densitas konsumer. Tiap mencapai metrik-metrik tertentu, tim tersebut selalu memberi sinyal ke tim business development untuk cari lokasi hub terbaik.

“Kalau angka terus konsisten, enggak perlu dibuat keputusan lagi, sebab rumusnya sudah ada. Prosesnya jadi lebih cepat, ditambah lagi kita didukung Grup Djarum jadi kita bisa buat hub lebih cepat kurang dari sebulan. "

Fulfillment by Blibli

Lisa percaya diri dengan pencapaian yang berhasil dicapai Blibli dalam membangun solusi logistik pintar adalah yang terbaik di Indonesia. Menurutnya, sudah lebih dari 11 tahun, teknologi WMS yang dibangun berhasil membuktikan bahwa konsumer puas dengan pelayanan Blibli, baik dari kecepatan pengiriman, kualitas pengemasan, dan lain-lain. Lantas kepercayaan diri tersebut melatarbelakangi hadirnya Fulfillment by Blibli.

More Coverage:

“Bahkan kita juga handle kebersihan produk selalu dilap bersih, jangan sampai ada debu tersisa. Manage gudang, termasuk membersihkan debu itu ada cara khususnya. Setiap barang kita handle safety-his, packing sangat mumpuni walau harga barangnya murah, tapi treatment-nya tetap sama.”

Ia melanjutkan, “Di bidang fulfillment and delivered kita jadi yang terbaik, lalu kenapa kita enggak offer ke yang lain ya? Lalu kita mencoba untuk menawarkan solusi ini untuk brand principal yang tidak menjadikan logistik sebagai core mereka. Apalagi sebagai seller, mereka harus fokus ke product development, jadi perihal fulfillment not concern utama mereka.”

Penanganan fulfillment merupakan pekerjaan rumah yang cukup vital. Tak hanya soal pakai teknologi saja, tapi juga bicara bagaimana menangani keluhan konsumen, kebersihan, cara pengemasan yang tepat, dan lainnya. Pun dalam penyimpanan ada barang-barang yang harus disimpan dalam suhu tertentu, misalnya perhiasan, tas kulit, dan emas. Mengemas barang-barang mahal tersebut juga tidak bisa disamakan dengan mengemas minyak goreng.

“Hal-hal seperti ini yang ingin kita sampaikan ke teman-teman bisnis. Kalau mereka mau core-nya ke produksi, bukan logistic, artinya energinya jangan dihabiskan ke sana. Blibli yang akan bantu.”

Atas dasar pertimbangan tersebut, sejak tiga tahun lalu, Blibli mulai perluas solusi untuk penjual non-Blibli. Tapi langkah awal dimulai dari interal Grup Djarum, kemudian perlahan disebarluaskan untuk non-grup. Dengan menjadi ekosistem terbuka, kini Fulfillment by Blibli juga melayani penjual yang berjualan di platform e-commerce non-Blibli, termasuk brand yang menjual barangnya lewat situs e-commerce-nya sendiri.

Namun, Lisa tidak menyebutkan secara spesifik berapa banyak brand yang sudah memanfaatkan solusi ini.

Dalam prosesnya, barang yang akan dijual cukup ditaruh di dalam gudang Blibli dan fulfillment akan diselesaikan oleh tim gudang Blibli. Kemudian, brand akan diberi akses dasbor untuk monitor stok barang, harga, dan opsi logistik. Bahkan, Blibli juga memungkinkan brand untuk memiliki pengemasan tersendiri apabila ingin memakai dari mereka sendiri. “Kami pakai pricing based on order. Jadi kalau ada order baru kita charge brand, including charge storage fee,” tutup Lisa.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transactions....
Transaction Failed
try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transactions....
Transaction Failed
try Again